Kamis, 20 Mei 2010

Jadilah Kitab Walau Tanpa Judul

Kun kitaaban mufiidan bila 'unwaanan, wa laa takun 'unwaanan bila kitaaban. Jadilah kitab yang bermanfaat walaupun tanpa judul. Namun, jangan menjadi judul tanpa kitab.

Pepatah dalam bahasa Arab itu menyiratkan makna yang dalam, terutama menyangkut kondisi bangsa saat ini yang sarat konflik perebutan kekuasaan dan pengabaian amanah oleh pemimpin-pemimpin yang tidak menebar manfaat dengan jabatan dan otoritas yang dimilikinya. Bangsa ini telah kehilangan ruuhul jundiyah, yakni jiwa ksatria. Jundiyah adalah karakter keprajuritan yang di dalamnya terkandung jiwa ksatria sebagaimana diwariskan pejuang dan ulama bangsa ini saat perjuangan kemerdekaan.

Semangat perjuangan (hamasah jundiyah) adalah semangat untuk berperan dan bukan semangat untuk mengejar jabatan, posisi, dan gelar-gelar duniawi lainnya (hamasah manshabiyah). Saat ini, jiwa ksatria itu makin menghilang. Sebaliknya, muncul jiwa-jiwa kerdil dan pengecut yang menginginkan otoritas, kekuasaan, dan jabatan, tetapi tidak mau bertanggung jawab, apalagi berkurban. Yang terjadi adalah perebutan jabatan, baik di partai politik, ormas, maupun pemerintahan. Orang berlomba-lomba mengikuti persaingan untuk mendapatkan jabatan, bahkan dengan menghalalkan segala cara. Akibatnya, di negeri ini banyak orang memiliki "judul", baik judul akademis, judul keagamaan, judul kemiliteran, maupun judul birokratis, yang tanpa makna. Ada judulnya, tetapi tanpa substansi, tanpa isi, dan tanpa roh.

Padahal, ada kisah-kisah indah dan heroik berbagai bangsa di dunia. Misalnya, dalam Sirah Shahabah, disebutkan bahwa Said bin Zaid pernah menolak amanah menjadi gubernur di Himsh (Syria). Hal ini membuat Umar bin Khattab RA mencengkeram leher gamisnya seraya menghardiknya, "Celaka kau, Said! Kau berikan beban yang berat di pundakku dan kau menolak membantuku." Baru kemudian, dengan berat hati, Said bin Zaid mau menjadi gubernur.

Ada lagi kisah lain, yaitu Umar bin Khattab memberhentikan Khalid bin Walid pada saat memimpin perang. Hal ini dilakukan untuk menghentikan pengultusan kepada sosok panglima yang selalu berhasil memenangkan pertempuran ini. Khalid menerimanya dengan ikhlas. Dengan singkat, ia berujar, "Aku berperang karena Allah dan bukan karena Umar atau jabatanku sebagai panglima." Ia pun tetap berperang sebagai seorang prajurit biasa. Khalid dicopot "judul"-nya sebagai panglima perang. Namun, ia tetap membuat "kitab" dan membantu menorehkan kemenangan.

Ibrah yang bisa dipetik dari kisah-kisah tersebut adalah janganlah menjadi judul tanpa kitab; memiliki pangkat, tetapi tidak menuai manfaat. Maka, ruuhul jundiyah atau jiwa ksatria yang penuh pengorbanan harus dihadirkan kembali di tengah bangsa ini sehingga tidak timbul hubbul manaashib, yaitu cinta kepada kepangkatan, jabatan-jabatan, bahkan munafasah 'alal manashib, berlomba-lomba untuk meraih jabatan-jabatan. Semoga.

Jumat, 14 Mei 2010

SHOLAT BERJAMA'AH


Sebagian besar masjid-masjid kaum muslimin saat ini kita lihat kosong dari jama’ah. Pemandangan ini hampir merata kita temui di setiap tempat, baik di desa maupun di kota. Inilah buah dari kekurangfahaman mereka dalam ilmu syariat, khususnya yang berkaitan dengan hukum sholat berjama’ah. Sehingga bila kita tanyakan kepada seseorang, “Mengapa tidak sholat di masjid, kok malah sholat di rumah?”, boleh jadi ia menjawab, “Ah, itu kan cuma sunnah saja…” Subhanalloh!!, semoga Alloh memahamkan kepada kaum muslimin tentang syariat yang mulia ini.

Apa Hukum Sholat Berjama’ah?

Ketahuilah, bahwa pendapat yang benar dalam masalah ini ialah sholat berjamaah itu wajib (bagi laki-laki, adapun bagi kaum wanita, sholat di rumah lebih baik daripada sholat di masjid walaupun secara berjama’ah). Inilah pendapat yang disokong oleh dalil dalil yang kuat dan merupakan pendapat jumhur ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in, serta para imam madzhab (Kitabus Sholat karya Ibnul Qoyyim).

Perintah Alloh Ta’ala Untuk Sholat Berjamaah dan Ancaman Nabi Yang Sangat Keras Bagi Yang Meninggalkannya

“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’ (dalam keadaan berjamaah).” (Al Baqoroh: 43). Perhatikanlah wahai saudaraku, konteks kalimat dalam ayat ini adalah perintah, dan hukum asal perintah adalah wajib. Rosululloh telah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku yang ada di tangan-Nya, ingin kiranya aku memerintahkan orang-orang untuk mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku perintahkan mereka untuk menegakkan sholat yang telah dikumandangkan adzannya, lalu aku memerintahkan salah seorang untuk menjadi imam, lalu aku menuju orang-orang yang tidak mengikuti sholat jama’ah, kemudian aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhori)

Hadits di atas menunjukkan wajibnya (fardhu ain) sholat berjama’ah, karena jika sekedar sunnah niscaya beliau tidak sampai mengancam orang yang meninggalkannya dengan membakar rumah. Rosululloh tidak mungkin menjatuhkan hukuman semacam ini pada orang yang meninggalkan fardhu kifayah, karena sudah ada orang yang melaksanakannya. (Fathul Bari karya Ibnu Hajar Al Asqolani)

Diriwayatkan dari Abu Huroiroh, seorang lelaki buta datang kepada Rosululloh dan berkata, “Wahai Rosululloh, saya tidak memiliki penunjuk jalan yang dapat mendampingi saya untuk mendatangi masjid.” Maka ia meminta keringanan kepada Rosululloh untuk tidak sholat berjama’ah dan agar diperbolehkan sholat di rumahnya. Kemudian Rosululloh memberikan keringanan kepadanya. Namun ketika lelaki itu telah beranjak, Rosululloh memanggilnya lagi dan bertanya, “Apakah kamu mendengar adzan?”, Ia menjawab, “Ya”, Rosululloh bersabda, “Penuhilah seruan (adzan) itu.” (HR. Muslim). Perhatikanlah, jika untuk orang buta saja yang tidak memiliki penunjuk jalan itu tidak ada rukhsoh (keringanan) baginya, maka untuk orang yang normal lebih tidak ada rukhsoh lagi baginya.” (Al Mughni karya Ibnu Qudamah).

Hanya Munafik Saja Yang Sengaja Meninggalkan Sholat Jama’ah

Sahabat besar Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata tentang orang-orang yang tidak hadir dalam sholat jama’ah: “Telah kami saksikan (pada zaman kami), bahwa tidak ada orang yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali orang munafik yang telah diketahui kemunafikannya atau orang yang sakit”. Lalu bagaimana seandainya Ibnu Mas’ud hidup di zaman kita sekarang ini, apa yang akan beliau katakan???

(Disarikan oleh Abu Hudzaifah Yusuf dari terjemah kitab Sholatul Jama’ah Hukmuha wa Ahkamuha karya Dr. Sholih bin Ghonim As-Sadlan)

Ghozwul Fikri




“Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?” (QS. 50:36)

Assalamualaikum wr. Wb.
Saudara yang dirahmati Allah SWT, sebelum kita bersama-sama menyimak satu demi satu media yang akan membantu kita menguak tabir cakrawala kebenaran akan apa yang saat ini terjadi dibumi Allah ini, ada baiknya saudara menyimak terlebih dahulu pengantar mengenai apa yang akan kita lihat nanti, yang secara istilah biasa disebut “Ghazwul Fikri” atau perang pemikiran yang merupakan tulisan Al-Ustadz Abu Syauqi, Lc yang pernah dimuat tabloid MQ EDISI 10/TH.II/FEBRUARI 2002.

Saran saya, ikuti petunjuk yang disediakan oleh compilator agar saudara dibawa bertualang ke samudera ghazwul fikr ini secara menyenangkan dan menyeluruh, sehingga diharapkan pada akhirnya nanti saudara akan memiliki pemahaman dan pengertian yang komprehensif, dengan tujuan akhir secara khusus saudara dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT - pelimpah rahmat dan penolong yang sebenar-benarnya, serta tujuan secara umum dari compilator - saudara dapat membagi informasi ini serta mengajak saudara-saudara lain yang seiman untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dalam rangka kewaspadaan secara jama’i.

Selamat menyimak!

Ghazwul Fikr
-Abu Syauqi-
Pendahuluan

Ghazwul Fikri berasal dari kata Al Ghaz dan Fikr, artinya "Perang
Pemikiran". Lebih tepat lagi kalau kita sebut "Perang Peradaban". Kenapa lahir Ghazwul Fikri? Ghazwul Fikri dimulai ketika Kaum Salib dikalahkan dalam 9 kali peperangan besar, mereka kalah telak oleh kaum muslimin.
Kemenangan kaum muslimin ini sangat spektakuler karena pasukan yang
diterjunkan dalam pertempuran tersebut berjumlah sedikit. Misalnya,
pasukan Khalid bin Walid pernah memimpin perang dengan jumlah tentaranya sekitar 3000 pasukan, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapinya berjumlah 100.000 pasukan. Hampir 1 banding 35, dan kaum muslimin memenangkan pertempuran ini.

Perang-perang yang lain juga demikian. Akhirnya dunia barat berpikir,
dan strategi baru pun digelar. Dibawah pimpinan Raja Louis XI, mereka
mengehntikan peperangan. Uniknya, mereka mulai mengirimkan putera-putera terbaiknya ke kota Mekkah untuk belajar Islam. Dengan semangat Perang Salibnya, sampailah para pembelajar Islam dari kaum Salib ini pada tingkat ahli dalam berbagai bidang ilmu keislaman. Tafsir dikuasai, hadis dimengerti , segala macam tektek bengek khazanah ilmu Islam mereka pelajari. Setelah sampai tahap ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, dan kemudian membentuk semacam Research and Development (R & D) untuk menyusun bagaimana dan apa kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.

Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam memang luar biasa, sampai dalam sejarah dikisahkan ada seorang pembelajar Islam dari kaum Salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam satu per satu untuk mencari apa kelemahan dari
negeri-negeri Islam ini. Begitu kuat semangatnya, hampir selama 15 tahun ia tinggalkan anak istrinya. Gelora semangat ini, nampaknya tiada lain karena kebencian mereka kepada Islam.

Bertambahnya pengetahuan kaum Salib tentang Islam, menjadikan mereka lebih memahami menghadapi umat Islam. Dimulailah suatu era baru dalam strategi memenangkan peperangan melawan umat Islam. Itulah Ghazwul Fikri. Hal ini dilatari dari pernyataan mereka sendiri bahwa, "Percuma kita berperang dengan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agamanya. Jika mereka (umat Islam) komitmen pada agamanya kuat, maka inilah kerugian bagi kita (dunia barat). Tugas kita adalah menjauhkan umat Islam dari agamanya. Barulah kita mudah mengalahkan mereka..."

Jadi, suatu yang percuma memerangi umat Islam ketika umat Islam itu
komitmen pada ajaran agamanya. Bahkan Gleed Stones, mantan perdana
menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma kita memerang umat Islam, dan tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam ini bertengger Al Qur'an. Tugas kita sekarang ini adalah mencabut Al Qur'an di hati-hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka".

Kaum Salib pun beranggapan bahwa peperangan dengan Umat Islam itu tidak ada mamfaatnya dan mereka bisa membuktikan hal itu. Chechnya, misalnya, sebuah negeri kecil mungil, dan berada di sebuah negara yang besar sekelas Rusia, tapi sampai sekarang Rusia belum bisa menaklukannya. Uni Sovyet yang begitu besar, mengangkangi Afghanistan yang 80% masyarakatnya buta hurup, juga tidak berdaya. Disinilah mereka berpikir untuk melancarkan strategi baru, yaitu "Perang Pemikiran" atau lebih tepat lagi "Perang Peradaban"."""



3 Strategi Ghazwul Fikri

Ada tiga strategi yang dilakukan musuh-musuh Islam dalam melancarkan
Ghazwul Fikri ini, yaitu; pertama, ibti'adul muslim andinihi, menjauhkan
umat Islam dari agamanya. Kedua, ikhrajul muslim andinihi, mengeluarkan umat Islam dari agamanya. Dan ketiga, tamzikul umaha Islamiyah, setelah umat Islam jauh dari agamanya, barulah mereka mengadakan peperangan massal secara terbuka terhadap umat Islam. Mereka beranggapan, kini kualitas mereka sudah sama dengan kualitas umat Islam, yang membedakan adalah kecanggihan senjata.

Setiap fase ini dilakukan musuh-musuh dalam rentang waktu yang cukup
panjang, dan mereka sangat sabar untuk melakukan itu. Diantara yang dilakukan adalah dengan menyebarkan film-film yang merusak, hiburan-hiburan yang membius, minuman keras yang merajalela, atau juga kokain yang diperdagangkan dengan murah dan mudah. Wanita-wanita muslimahnya pun dirusak kehidupannya, tiada lain agar anak-anaknya pun
turut rusak. Semua dilakukan dengan sistematis dan canggih sekali.

Kita bisa lihat, misalkan di Mesir, Indonesia, atau pula Saudi Arabia, masyarakatnya sudah mulai dirusak oleh film-film porno. Dampaknya pun
sudah mulai terlihat di masyarakat. Ada umat yang sudah tidak mengenal apa itu yang disebut qiyamul lail (tahajud), tidak mengenal kewajiban menutup aurat, yang ujung-ujungnya dari segi komitmen pun mereka sangat rendah. Ditanamkan pula dalam otak setiap kaum muslimin bahwa orang yang hidupnya paling terhormat adalah orang yang paling banyak hartanya. Mau halal atau haram dalam mencarinya, terserah. Tidak mengherankan jika kini umat Islam menjadi terfokus dalam persaingan memperebutkan materi; orang-orang menjadi hedonis, otaknya menjadi materialis, dan jiwanya menjadi rapuh.

Dan ternyata, menghadapi strategi musuh-musuh Islam semacam ini, kaum muslimin sepertinya tidak berdaya. Tidak segagah ketika mereka
menghadapi musuh-musuh Islam di medan pertempuran. Menghadapi perang kebudayaan dan peradaban seperti ini, sepertinya umat Islam menjadi tidak berdaya.

Karenanya, perlu diperhatikan oleh kita bagaimana pemahaman umat terhadap perang kebudayaan dan peradaban seperti ini. Dan menariknya
lagi, musuh-musuh Islam ini ternyata memukul Islam dengan mengambil
pelajaran dari umat Islam itu sendiri, bahkan dari Rasulullah SAW. Itu
yang paling hebat, satu contoh misalkan, dulu umat Islam tidak ada yang
terpecah belah semacam adanya negara Irak, Iran, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Emirat Arab, atau yang lainnya. Negara-negara ini dulu berada dibawah naungan satu bendera Islam , yaitu Kekhalifahan Islam. Tapi sekarang telah dipecah belah oleh musuh-musuh Islam.

Tiada lain mereka mengambil dari konsep Rasulullah ketika berperang dengan Yahudi di kota Madinah. Rasulullah SAW waktu itu mengadakan
perjanjian perdamaian dengan warga Madinah non Islam, diantaranya dengan Yahudi. Dan Rasulullah tidak melakukan perjanjian dengan Yahudi secara keseluruhan, tapi dengan suku-suku Yahudi yang ada di kota Madinah. Diantaranya dari Bani Nadzir, Bani Quraidzhah, dan Bani Qainuqa. Oleh karenanya, ketika ada satu suku yang berkhianat, suku lainnya tidak membantu.

Begitulah. Musuh-musuh Islam memamfaatkan dan mempelajari betul apa yang dilakukan oleh kita, bahkan oleh Rasulullah SAW.***


Urgensi Mempelajasi Ghazwul Fikri

Apa perlunya kita mempelajari pelajarn, materi, atau kajian tentang Ghazwul Fikri. ada beberapa alasan yang perlu kita ketahui tentang perlunya kita mempelajari Ghazwul Fikri ini.

Pertama, agar kaum muslimin mengetahui siapakah musuh-musuh Islam itu. Tentunya, dengan berbagai macam bentuknya. Materi ini penting sekali karena selama ini kaum muslimin tidak mengetahui mana yang disebut kawan dan mana yang disebut lawan. Barangkali point pertama itulah problem utamanya. Sehingga banyak diantara kaum muslimin yang terbalik. Musuh dirangkul karena tampak permukaannya itu menarik, sementara banyak kawan sendiri malah dipukul. Diharapkan dengan kita mempelajari Ghazwul Fikri akan memahami betul mana lawan dan mana kawan. Jangan sampai karena perbedaan shalat. Misalnya, ada yang menggoyang-goyangkan telunjuk dan ada yang tidak. Lantas keduanya saling memusuhi. Padahal jelas sekali itu hanya perbedaan yang kecil sekali. Sementara pada orang-orang yang jelas musuh malah kita rangkul.

Kedua, agar kita mengenal cara dan sarana yang dipakai musuh Islam untuk memusuhi kita. Dengan mempelajari Ghazwul Fikri kita akan mengetahui cara dan sarananya. Sehingga kita tahu betul cara-cara dan sarana-sarana yang dilakukan oleh mereka hanyalah tipu daya atau sihir, yang terkadang kita tidak memahaminya.

Ketiga, agar kita mengenal subhat-subhat yang ada di sekitar Islam. Apa yang mereka tebarkan sehingga kita tidak menjadi komitmen kepada Islam. Mereka menyebarkan subhat di sekitar Islam. Banyak hal yang menjadi keraguan dan pertanyaan dimana tidak seharusnya tidak dipertanyakan atau diragukan bagi kita. Ini suatu masalah yang harus dipecahkan dengan cepat dan tepat.

Keempat, agar kaum muslimin mengenal apa itu realitas dunia Islam. Kita
adalah muslim, orang Malaysia, Sudan, Saudi arabia juga muslim, tetapi
selama ini kita tidak merasa saudara dengan mereka. Dan kita anggap mereka adalah orang asing. Akhirnya kaum muslimin diacak-acak dan sebagian dibunuh di negeri-negeri lain, sementara kita asyik saja di negeri kita sendiri karena tidak merasa bahwa mereka juga saudara semuslim. Masih ada pemikiran mereka orang Irak, Kuwait, Saudi arabia, sementara kita orang Indonesia. Dengan mempelajari ini akan terbuka subhat tentang persaudaraan. Kita satu tubuh, kita satu saudara, kita sama Islam, kita sama bersyahadat. Dan selanjutnya kita akan sadar kalau saudara-saudara kita di negeri lain sebagian ada yang sedang ditindas.

Kelima, agar kita mengetahui kalau dakwah Islam itu harus ditegakkan
'ala ba'tsirah. Apakah itu 'ala ba'tsirah? Adalah kita berdakwah tidak
hanya di atas mimbar atau mengkaji kitab-kitab saja. Kalau orang lain
membangun rumah sakit lantas berdakwah kepada kita, maka kita juga harus bisa seperti apa yang mereka lakukan. Kita harus bisa berpikir secara real dalam menyampaikan dakwah. Bangunan klinik-klinik, rumah-rumah kesehatan, atau bahkan rumah sakit kalau kita mampu. Kita juga harus dapat mendirikan sekolah-sekolah yang profesional, bagus, dan berkualitas. Agar anak-anak Islam masuk pada sekolah Islam yang berkualitas. Inilah yang disebut penegakan dakwah Islam atas dasar bashirah Islamiyah. Supaya kita mengetahui realitas sebenarnya dan belum belum terpecahkan dengan sungguh-sungguh. Insya Allah.***


Tujuan Ghazwul Fikri

Ghazwul Fikri adalah perang peradaban, perang pemikiran. Setelah musuh-musuh Islam tidak mampu mengalahkan umat Islam melalui perang militer. Berkali-kali dalam perang salib mereka tidak pernah menang. Akhirnya mereka mengevaluasi mengapa demikian kuat umat Islam. Ternyata umat Islam itu otak dan hatinya terisi dengan doktrin-doktrin keislaman yang sangat kuat sekali. Diantaranya kalau mereka perang, otaknya didoktrin dengan ungkapan syahid. Dimana orang yang mati di jalan Allah itu memasuki Jannatun Na’im, dengan tujuh puluh dua bidadari, kelezatan yang luar biasa. Sehingga kematian itu dicari bukan ditakuti. Ini yang sangat luar biasa, hatinya membara sekali mencari kematian. Orang lain takut dengan kematian mereka menjemput kematian. Mereka sadar betul melawan umat Islam itu terdoktrin dengan keislamannya. Akhirnya mereka mengevaluasi ulang bahwa strategi yang dilakukan oleh mereka harus diubah maka dibuatlah perang ghazwul fikri.

Tujuan dari perang ghazwul itu sendiri adalah menghancurkan doktrin-doktrin, yang kedua mematahkan gelora semangat di dalam dadanya. Dengan begitu buat mereka tidak ada bedanya antara pasukan umat Islam dengan pasukan mereka. Tinggal siapa yang paling canggih senjatanya, begitu saja.

Tujuan akhirnya adalah “Walan tardhaa ‘ankalyahuudu walannashaaraa
hattaa tattabi’a milatahum” (QS. Al Baqarah [2] : 120). Orang Yahudi
tidak akan senang kepada engkau. Jelas sekali, mereka tidak akan pernah ridha sampai kita murtad. “Layazzaluna yuqatilunakum hattaa rarazukum andinikum layastatha” tidak akan pernah berhenti-hentinya mereka memerangi, sekuat tenaga kalian sampai kalian keluar dari agama kalian, begitu Firman Allah SWT. Jadi tujuan akhirnya adalah kaum muslimin. Tentu saja tujuan itu dilakukannya secara bertahap, karena mereka tidak bisa seperti itu.

Tahap awal yang mereka tempuh adalah yang disebut menjauhkan umat Islam dari agama Islam. Ini prosesnya berabad-abad. Mereka membuat film-film porno untuk merusak aqidah dan fiqih umat Islam. Mereka merancang sinetron-sinetron yang merusak rumah tangga. Sinetron yang mereka buat temanya adalah bagaimana caranya merebut warisan atau berselingkuh dari suami. Seperti sinetron-sinetron yang berasal dari Spanyol, semua dibuat semacam itu. Mereka membuat yang disebut globalisasi food and fashion. Globalisasi pakaian, sehingga mereka contohkan dari globalisasi yang mutakhir bagaimana orang medern ini cara berpakaiannya. Misalnya ada pameran busana di Italia, orang di Tasikmalaya atau di Ciamis melihat langsung. Sehingga yang tadinya memakai kerudung, berpakaian adat dan budaya, setelah melihat orang maju itu seperti itu akhirnya sekarang jadi kompak perempuan yang kelihatan pusarnya. Kemudian pahanya kemana-mana, payudarnya mencetak. Nah itu mereka globalkan lewat fashion. Fun (hiburan) bagaimana mereka nonton break dance atau disko karena memang sudah mengglobal. Mereka juga tren dengan makanan internasional sementara tidak mengetahui sisi kehalalannya. Sementara lain musuh Islam tahu persis bahwa umat Islam itu do’anya akan dikabul oleh Allah dan tidak ada hijab jika umat Islam itu dizhalimi. Karena memang dari mereka banyak yang mempelajari keilmuan Islam. Dan mereka juga memiliki hadits lain, bahwa do’a Umat Islam itu tidak akan pernah dikabul kalau masuk ke dalam tubuhnya terisi barang-barang haram. Maka mereka haramkan makanan umat Islam agar jika dibantai atau dibunuh do’a-do’a tidak lagi di dengar oleh Allah. Maka, jangan heran jika mereka menabur dengan olah raga, dimana kalau berenang itu harus pakai celana pendek. Termasuk pula halnya dengan volly pantai, kalau ada yang memakai celana menutup aurat pada saat olahraga ini dibilang kampungan. Tidak hanya dunia-dunia semacam itu, tetapi juga dunia pendidikan kita.***


Praktek-praktek Ghazwul Fikri

Sebetulnya praktek-praktek ghazwul fikri jelas ada di depan mata kaum
muslimin setiap hari dan hampir di seluruh aspek kehidupan, praktek-praktek tersebut sudah mereka lakukan. Pola-pola yang mereka gunakan sangat beragam dan semuanya dilakukan secara halus dan cantik. Sasaran mereka juga menyeluruh dari anak-anak sampai orang dewasa, dari kalangan awam sampai dengan kalangan intelektual. tujuan mereka seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tidak lagi untuk memurtadkan ummat Islam secara status, tetapi bagaimana menjadikan karakter, pola pikir, dan sikap memusuhi Islam itu sendiri. Cara ini lebih srategis karena korban-korban tersebut secara tidak langsung tidak akan dianggap sebagai musuh Islam. inilah yang disebut pembusukan dari dalam dan sebetulnya hal ini lebih berbahaya.

Di bidang pendidikan, praktek-praktek ghazwul fikri sudah sangat meluas. Bisa dijumpai saat ini di sekolah-sekolah milik mereka sangat menjamur. Dengan kelebihan dana yang mereka miliki, mereka mampu menciptakan sekolah-sekolah yang secara akademis unggul. Mereka bisa membayar guru-guru yang berkualitas, membeli sistem kurikulum yang baik, serta menyediakan lingkungan dan fasilitas yang sangat mendukung. Dalam kenyataannya, kondisi ini mampu menggiring para orang tua muslim yang kurang kuat keimanannya untuk merelakan anak-anaknya bersekolah di sana. Di dalam interaksi belajar, banyak sekali hal-hal yang secara jelas-jelas melanggar aqidah dan syariat Islam, misalnya yang pertama, kewajiban berdo'a dengan cara mereka. Yang lebih mengerikan lagi adalah fakta adanya usaha-usaha memutarbalikkan ajaran Islam. Seorang dosen pernah ngobrol dengan saya dan mengatakan bahwa Muhammad itu melarang memakan babi karena sebetulnya ia sangat gemar makan babi. Informasi seperti itu ternyata ia dapatkan sewaktu di bangku sekolah yang kebetulan milik yayasan kristen. Informasi-informasi slaha seperti itu senagaja mereka sampaikan untuk mengacaukan pemahaman ummat Islam. Yang kedua adalah program pertukaran pelajar. Beberapa tujuannya adalah meluaskan wawasan dan saling mengenal budaya lain. Tujuan tersebut seolah-olah tidak salah, tapi bukan berarti mereka punya maksud lain. Yang mereka sebut budaya itu sangat luas dan dengan kelihaiannya, mereka mampu mengemas sesuatu yang jelas tidak baik dalam bungkus budaya. Target mereka adalah kalaupelajar-pelajar tersebut tidak meniru secara fisik, paling tidak pola pikir mereka sudah berubah untuk mentolelir, menerima, mensahkan hal-hal yang jelas-jelas salah.Yang berikutnya adalah program pengiriman mahasiswa berprestasi ke luar negeri. Keberadaan mahasiswa muslim di luar negeri merupakan kesempatan besar bagi mereka untuk lebih menggarap. Jauh dari kondisi yang Islami, interaksi yang terbatas membuat mereka berusaha sedemikian hingga untuk memfasilitasi mereka. Disinilah peluang mereka.Ada kasus di sebuah perguruan tinggi negeri di Bandung yang sangat luar biasa. Seorang mahasiswa yang pada mulanya adalah muslim yang taat, tiba-tiba meninggalkan agamanya. Setelah ditelusuri, ternyata berawal dari kemampuan membaca Al Qur'an yang minim yang akhirnya menyebabkan kegagalan ujian mata kuliah agama Islam. Mahasiswa tersebut merasa sangat tertekan dan berat sampai akhirnya dia tahu bahwa ujian agama kristen sangatlah mudah. Berangkat dari keinginan untuk segera lulus, akhirnya ia nekat memutuskan ikut ujian agama kristen (pura-pura pindah agama). Tanpa disadari, setelah itu ternyata ia semakin tertarik sampai akhirnya memutuskan untuk murtad. Jadi, sampai ke masalah kurikulum mereka sangat jeli untuk menangkap peluang-peluang. Untuk mata kuliah/pelajaran tertentu, mereka memberikan kemudahan yang sangat luar biasa.

Kasus lain, di sebuah universitas Khatolik Bandung, seorang calon mahasiswi mengungkapkan bahwa karena statusnya muslimah maka ia harus menggunakan kerudung, dan jika menolak maka ia harus rela mengikuti ritual-ritual keagamaan.


PRAKTEK GHAZWUL FIKRI DALAM BIDANG SOSIAL

Dalam bidang sosial, pola-pola yang mereka gunakan juga tidak kalah hebat. Hampir seluruh LSM yang mereka pegang bisa dikatakan profesional dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Mereka dengan cepat dapat menangkap problematika-problematika nyata yang ada di masyarakat kita dan selanjutnya segera memberikan solusi yang dibutuhkan. Cara mereka memang cepat menarik simpati orang banyak yang akan dibantu.



Banyak sekali kasus-kasus nyata seperti itu. Suatu contoh, pernah suatu
saat kami datang di sebuah kelurahan di kota Bandung untuk memberikan santunan/beasiswa. Ternyata mereka sudah lebih dulu memberikan bantuan kepada penduduk setempat. Ini berarti gerak mereka tidak hanya cepat tetapi juga terus menerus. Berbeda dengan kita yang selama ini masih dengan sistem hit and run. Maksudnya, kebanyakan kita datang sekali dua kali kemudian langsung memberikan ceramah dan setelah itu ditinggalkan.

Pada tahun 1985-an, beberapa da'i kita datang ke pedalaman Kalimantan
kepada suku-suku Dayak. Ternyata di sana sudah terbentuk sistem perkampungan yang sangat rapi. Yang tak kalah menariknya lagi, di sana
ada seorang dokter dan seorang pastur yang menangani khusus masalah
kesehatan dan spiritual mereka. Sekali lagi mereka jauh lebih cepat. Banyak sekali kasus serupa yang sebenarnya di sana terdapat muatan ghazwul fikri-nya.

Ada sebuah kasus lagi yang menimbulkan fenomena yang sangat menarik.
Beberapa waktu yang lalu, kami mendapatkan informasi praktek sejenis di sebuah perkampungan di pinggiran kota Jakarta. Segera saja kami dengan beberapa lembaga Islam melakukan survey ke tempat itu. Kampung tersebut ternyata memang sebuah kampung kumuh yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai pemulung. Akan tetapi pola hidup mereka cenderung konsumtif. Akhirnya, dengan kesepakatan beberapa lembaga, kami memutuskan untuk melakukan aksi sosial dan tabligh akbar di sana untuk memulai serangkaian rencana yang lainnya. Ternyata aksi tersebut tidak mendapatkan respon yang baik dari masyarakat sekitar. Sungguh berbeda dengan yang biasanya. Setelah dilakukan pengecekan lebih lanjut, beberapa di antara mereka kemudian berkomentar sederhana : "Ngapain capek=capek hanya sekadar untuk mendapat beras beberapa kilo gram? Tanpa keluar dari rumah saja, kami sudah mendapatkan yang kami butuhkan." Jadi nampaklah pola gerak mereka menimbulkan dampak yang luar biasa, yaitu melemahkan etos kerja orang yang mereka bantu. Dan ini tidak dapat dipungkiri menjadi peluarng tersendiri untuk menggarap mereka.


PRAKTEK GHAZWUL FIKRI DALAM BIDANG BUDAYA

Suatu sore, tidak sengaja saya melihat sebuah acara debat mahasiswa di sebuah stasiun TV. Temanya mengenai pornografi dan kekerasan terhadap perempuan. Awalnya yang mereka sampaikan normatif-normatif saja, bahwa pada intinya mereka menolak. Tetapi saat timbul pertanyaan apakah ada
hubungannya antara gaya busana (terutama perempuan) dengan kekerasan, mulai timbul pro dan kontra. Yang menarik saat itu, sangat ironis ternyata peserta yang perempuanlah yang menolak. Menurutnya, tidak ada hubungan antara gaya busana dengan munculnya kekerasan. Gaya busana adalah hak azasi dan merupakan sebuah budaya. Dia mengambil contoh kasus Bali. Tidak menjadi masalah dalam artian tidak akan diganggu, perempuan-perempuan di sana berjalan-jalan dengan busana yang sangat minim. Dia meyakinkan lagi bahwa hal ini terjadi karena menurut masyarakat di sana keadaan seperti ini sudah biasa. Itulah budaya.

Paginya, sebuah artikel di sebuah harian terkenal mengupas tema yang sama. Kali ini nara sumbernya seorang laki-laki. Kesimpulannya tidak jauh beda dengan mahasiswa perempuan di atas, bahkan lebih mengagetkan. Dia menyatakan bahwa kekerasan seksual terhadap perempuan adalah karena ia adalah perempuan dan tidak ada hubungannya dengan gaya busana yang dikenakan sang perempuan. Benarkah faktanya demikian? Jelas kesimpulan tadi sangat menyesatkan. Sama saja dengan menyatakan bahwa perempuan hanya ditempatkan kepada konteks eksistensi biologid, tak lebih dari itu.

Apa artinya semua ini?

Itulah ghazwul fikri. Dalam bidang budaya, praktek-praktek ini tumbuh
dengan subur. Obyeknya tak hanya perempuan, tetapi kalau dicermati sepertinya perempuan lebih rentan terhadap interfensi budaya. Kita lihat saja mode baju, sepatu, atau rambut. Sangat cepat dan mudah booming, kenapa demikian? Karena budaya memang sangat erat dengan nilai seni dan keindahan. Yang menjadi masalah adalah jika nilai seni dan keindahan yang diangkat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Di sinilah letak jebakan itu. Bagi orang yang memang tak punya prinsip, langsung dikonsumsi. Praktek-praktek tersebut selalu dibungkus dengan kemasan yang menarik. Media adalah penyumbang nomor satu dalam menyebarkan perang pemikiran ini. Segala produk budaya jahil ditayangkan di sana secara bebas. Contoh yang jelas misalnya film Beverly Hills. Ada yang pernah menyampaikan kepada saya dalam sebuah diskusi, di sebuah episode film tersebut diceritakan seorang gadis yang sangat masih gadis, belum pernah berkencan (zina). Sangat mengerikan, pesan sesat yang mereka sampaikan betul-betul terkemas dengan rapi. Buktinya film tersebut sangat disenangi oleh anak muda.

Bagaimana dengan budaya kita (budaya timur)? Alhamdulillah memang kebayakan budaya kita masih mengindahkan nilai-nilai moral. Tapi juga bukan berarti semuanya aman dan terbebas dari usaha ghazwul fikri. Contoh sederhananya mungkin baju adat atau baju pengantin daerah-daerah tertentu termasuk tata riasnya yang menurut Islam jelas bertentangan. Tetapi oleh sebagian kalangan tertentu produk tersebut dikatakan sebagai budaya yang harus dijaga dan dilestarikan. Jika masyarakat tidak peka, yang terjadi adalah sekadar mengekor dengan dalih karena budaya sendiri.




PRAKTEK GHAZWUL FIKRI DALAM BIDANG TEKNOLOGI DAN INFORMASI

Disebutkan sebelumnya, bahwa media informasi merupakan penyumbang nomor satu dalam menyebarkan perang pemikiran. Salah satu metode perang pemikiran yang dilakukan adalah dengan cara pengkaburan istilah. Pengkaburan istilah ini dinilai sangat efektif sehingga akan berakhir dengan anggapan yang benar ketika sebuah istilah diungkapkan secara terus menerus. Sebagai contoh misalnya, istilah pasukan Taliban akan memiliki makna yang positif dan perjuangannya akan mendapatkan dukungan yang besar dan kuat dari umat Islam jika istilah tersebut diungkapkan dengan Mujahidin Taliban. Tapi sebaliknya, umat Islam tidak akan simpatik bahkan akan cenderung memusuhi umat Islam yang lainnya jika istilah tersebut diungkapkan dengan Talibanisme atau rezim Taliban. Dan yang terjadi saat ini adalah, media mulai mengistilahkan Mujahidin Taliban dengan Talibanisme. Bahkan beberapa media di Indonesia ada yang menyebutkan rezim Taliban. Mengapa ini terjadi?

Kejadian tersebut di atas sesungguhnya dikarenakan penguasaan musuh-musuh Islam akan teknologi informasi dan jaringannya. Ada sebuah kasus yang menarik. Beberapa saat setelah gedung WTC hancur, CNN yang mempunyai jaringan hampir di seluruh dunia dan memiliki kemampuan teknologi canggih dengan kecepatan akses yang tinggi, langsung mengekspos gambar masyarakat Arab yang bersorak sorai baik di televisi maupun di internet. Mereka hendak mengarahkan opini publik bahwa masyarakat Muslim ternyata sangat gembira atas peristiwa tersebut. Maksud dari semua itu tidak lain karena mereka ingin memperlihatkan bahwa kaum Muslimin adalah terorisnya. Selanjutnya apa yang akan terjadi? Bisa saja umat Islam tidak lagi memberikan dukungan terhadap perjuangan Umat Islam dan Islam, bahkan yang lebih buruk lagi mereka malah memusuhi Islam. Inilah yang mereka inginkan dari umat Islam. Walaupun akhirnya maksud jahat mereka terbongkar dengan terbuktinya bahwa gambar yang ditayangkan tersebut, sebenarnya rekaman kejadian yang sudah terjadi jauh sebelum peristiwa hancurnya gedung WTC. CNN sangat malu hingga sempat minta maaf atas penayangannya itu. Ada kasus yang lebih menarik berkenaan dengan kasus hancurnya gedung WTC. Tidak lama setelah hancurnya gedung pencakar langit tersebut, media mereka langsung mengekspos tersangka pelaku. Pertama kali yang mereka curigai adalah seorang laki-laki keturunan Arab. Lagi-lagi mereka ingin mengarahkan bahwa pelakunya adalah Muslim. Tapi usaha mereka ternyata gagal, karena akhirnya terbukti bahwa tersangka yang mereka maksud telah meninggal dunia sebelum hancurnya gedung itu. Sebaliknya ada fakta-fakta aktual yang mereka ketahui namun kemudian mereka tutup-tutupi. Misalnya fakta tentang cuti massalnya sejumlah 4000 karyawan berkebangsaan Yahudi yang bekerja di gedung nomor empat tertinggi di dunia itu, ketika gedung tersebut hancur. Fakta ini sama sekali tidak mereka angkat, karena mereka takut rencana jahat mereka terbongkar. Penghilangan fakta ini menyebabkan banyak sekali umat Islam yang tidak tahu fakta aktual yang sesungguhnya terjadi tersebut. Jadi kalau umat Islam tidak jeli dan tidak berusaha mencari informasi pembanding, maka yang terjadi adalah seperti yang mereka harapkan, status Muslim namun berperilaku memusuhi umat Islam dan Islam.

Di sepanjang sejarah, media mereka memang terbukti tidak pernah obyektif dalam menginformasikan apapun. Dan hal itu mereka lakukan secara sengaja. Banyak lagi hal yang telah mereka lakukan untuk meragukan umat Islam terhadap umat Islam yang lain dan Islam. Hasilnya adalah, banyak sekali kesalahan yang kemudian dilakukan oleh umat Islam kepada umat Islam yang lain dan Islam sendiri. Hal ini dapat dilihat dari umat Islam dalam mensikapi hal-hal yang sidah jelas kedudukannya. Kasus Palestina misalnya, ternyata masih banyak umat Islam yang menganggap bangsa Palestina sebagai agresor, atau usaha rakyat Bosnia dan Cechnya yang dicap sebagai usaha separatis. Dan masih banyak lagi sesungguhnya kasus yang serupa. Semua ini tidak lain adalah hasilk ghazwul fikri yang mereka mainkan.


PRAKTEK GHAZWUL FIKRI DALAM BIDANG EKONOMI

Masih segar dalam ingatan kita pada tahun 1997, awal dari yang disebut
orang sebagai krisis ekonomi. Peristiwa tersebut sangat mungkin tidak pernah terbayang oleh kebanyakan masyarakat. Suatu saat saya pernah mendengar pertanyaan seorang anak yang masih duduk di bangku SMP, bukankah bangsa Indonesia merupakan negara yang berkembang, kok tiba-tiba dikatakan krisis ekonomi? Pertanyaan seperti ini bisa jadi tidak hanya timbul dari seorang bocah SMP, orang-orang tua kita, teman-teman kita mungkin juga sangat bingung. Sejak saat itu biasa kita lihat atau kita dengar barang-barang kebutuhan pokok tiba-tiba menghilang dari pasar. Memburu beras, gula, susu, minyak, menjadi pekerjaan baru bagi ibu-ibu. Semua orang menjadi panik. Sampai saat ini
ekonomi bangsa ini semakin terpuruk. Perrgantian tim penyelamat ekonomi yang dibentuk oleh pemerintahan selalu bubar dan berujung dengan sebuah kebingungan dan keputusasaan. Tidak heran, jika akhirnya negara kita saat ini dikatakan sebagai bangsa yang miskin. Tetapi itulah fakta, meski sangat tragis. Di sebuah negara yang sangat berlimpah dengan kekayaan alam, ternyata sebagian besar penduduknya harus hidup dalam kemiskinan. Saya masih ingat ketika belajar Geografi ketika SD dan SMP. Di mana-mana bumi Indonesia penuh dengan kekayaan alam. Ada minyak bumi, timah, tembaga, emas, dan hutan yang berlimpah. Kemanakah semua kekayaan tadi?. Suatu saat saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke Kalimantan di perusahaan UNOCAL. Di sana saya melihat lima anjungan besar. Jangan ditanya berapa uang yang dapat dihasilkan dari sana, yang pasti sangat besar. Apakah masyarakat di sana hidup berkecukupan? Tidak juga, karena kekayaan alam yang luar biasa besar itu belum bisa dinikmati oleh mereka. Kita lihat di daerah lain, Irian Jaya dengan tembaganya, Aceh dengan gas Arun, atau Buton dengan timahnya. Nasib masyarakat di sana tidak jauh berbeda dengan yang pertama. Apa yang terjadi?

Sebetulnya, itu merupakan salah satu dampak dari praktek Ghazwul Fikri yang mereka lakukan. Hampir tiga abad bangsa kita dijajah, tidak hanya harta benda kita yang dirampas, yang lebih menyakitkan adalah bangsa ini sengaja dirusak, diracuni mental dan psikologisnya. Bagaimana mereka secara sengaja selalu menekankan kepada bangsa kita saat itu, bahwa kelas bangsa kita adalah nomor tiga yang tidak mempunyai harga di mata mereka. Dan usaha mereka bukannya tidak berhasil. Sampai sekarang ini kita masih bisa merasakan dan melihat karakter bangsa kita yang selalu merasa rendah diri terhadap bangsa lain, selalu ingin mengekor kepada bangsa lain atau merasa gagap dan kagum terhadap setiap kemajuan yang mereka ciptakan. Bagaimana orang tua kita lebih mengabdikan kepada mereka hanya karena lebih bangga jika anak-anaknya menjadi pegawai walaupun harus berpenghasilan sangat kecil. Sampai sekarang hal-hal tersebut masih melekat di sebagian masyarakat kita. Coba kita tanyakan kepada anak-anak kita tentang cita-cita mereka. Kebanyakan dari mereka akan mengatakan ingin menjadi dokter, hakim, politisi, atau profesi yang lain. Akan sangat jarang kita mendengar mereka ingin menjadi pedagang atau pengusaha yang sukses. Tidak salah, bahkan cita-cita tersebut sangat mulia. Tapi masalahnya, bangsa ini menjadi kehilangan jiwa-jiwa, karakter-karakter yang seharusnya menggerakkan roda ekonomi yang riil.

Inilah yang terjadi sekarang. Pembangunan ekonomi yang disebut-sebut
mengalami perkembangan yang cepat ternyata hanya kamuflase. Di dalamnya sangat kropos karena memang perekonomian yang dijalankan bukanlah sektor riil yang diharapkan mampu memberi topangan yang sangat kuat. Karakter bangsa kita yang sedemikian sangat rentan terseret kepada permainan ekonomi yang mereka (Amerika/Yahudi) segaja ciptakan guna keuntungan mereka sendiri.

Kita tahu sekali siapa Rasulullah. Beliau adalah figur pengusaha yang sukses. Begitu juga dengan para sahabat. Ada Abdurrahman bin auf yang tidak takut sama sekali karena harus memulai usahanya dari nol demi mengikuti hijrah Rasulullah SAW ke Madinah. Ada juga Utsman bin Affan yang lebih memilih menghibahkan perniagaannya kepada masyarakat banyak yang saat itu sangat membutuhkan dibanding mendapatkan keuntungan besar yang ditawarkan pedagang-pedagang lainnya, sehingga krisis yang saat itu hampir terjadi dapat diselesaikan dengan sangat indah. Karakter-karakter kuat itulah yang akhirnya mampu bertahan saat menghadapi pemboikotan ekonomi oleh musyrikin saat itu. Mereka memilih hidup menderita sementara dibanding mendapatkan tawaran yang sepertinya menguntungkan tetapi sesungguhnya membawa bencana besar yang tiada berujung.***


Sebab-sebab Ghazwul Fikri

Dari awal hingga edisi sebelum ini telah dibahas tentang arti ghazwul fikri, praktek dan akibatnya. Saat ini kita sampai di akhir pembahasan topik tersebut. Apa yang kemudian mesti kita lakukan menyikapi semua itu?. Ada pelajaran berharga yang dapat kita ambil dari sebuah kisah nyata sebuah keluarga Indonesia yang lama tinggal di luar negeri, hingga
melahirkan dan membesarkan anak pertamanya di sana. Anak ini tumbuh
menjadi seorang yang cerdas. Sebuah hal yang wajar sesungguhnya, mengingat kedua orang tuanya adalah intelektual yang memberikan porsi
besar kepada anaknya untuk menjadi seorang yang cerdas. Kemudian, ia
juga berada dalam lingkungan negara yang memberikan peluang besar baginya untuk mengembangkan kecerdasan intelektual. Namun, kecerdasan intelektual anak itulah yang kemudian menjadikan kedua orang tuanya bersedih. Kekuatan logika anak itu telah melahirkan sikap yang sama dalam memahami agamanya sendiri. Syari'at agama dalam pandangannya harus sesuai dengan logikanya, hingga ia meninggalkan syari'at yang tidak sesuai dengan logikanya karena ia menganggapnya sebagai sebuah kesia-siaan.
Kisah di atas sudah seharusnya menjadikan diri kita lebih waspada. Bagaimana tidak, ternyata ghazwul fikri bisa mempengaruhi siapapun, terutama bagi orang-orang yang tidak faham tentang ghazwul fikri.Oleh
karena itu, ada satu hal yang kemudian harus kita ketahui lebih jauh setelah kita faham arti ghazwul fikri, bagaimana praktek-praktek dan akibatnya, yaitu sebab-sebab ghazwul fikri.Pada dasarnya, pemicu ghazwul fikri ada pada umat Islam sendiri, yakni berawal dari kemunduran kaum muslimin. Kemunduran ini disebabkan beberapa hal, yaitu:Pertama, jauhnya umat Islam dari kitab Allah dan sunnah Rasulullah Saw. Kasus di atas merupakan sebuah contoh nyata jauhnya seseorang dari pemahaman Al-Quran. Hingga yang terjadi adalah salahnya pemahaman terhadap agama dan memahami agama secara parsial. Kesimpulan yang didapat dari hal seperti itu adalah sebuah kesimpulan yang mengerikan, seperti buat apa sholat, puasa, haji dan lain-lain yang tidak ada manfaatnya. Inilah salah satu pintu masuknya ghazwul fikri.Kedua, tumbuhnya rasa rendah diri dan ketinggalan zaman pada umat Islam. Fenomena ini muncul setelah berakhirnya masa kepemimpinan Rasululah Saw. dan para sahabatnya. Umat Islam menjadi tidak bangga jika memperlihatkan identitas keislamannya. Sebaliknya yang berbau Amerika, Eropa selalu membuat bangga. Hal ini tidak lain karena kurang yakinnya umat Islam terhadap ajaran agamanya sendiri. Islam selalu dianggap terbelakang, tidak maju dan lain-lain. Secara psikologis, sifat rendah diri seperti ini sangat rentan terhadap penetrasi dari luar. Padahal konsep dari ghazwul fikri adalah perang pengaruh. Jadi jelas sifat ini sangat membahayakan.Ketiga, Taqlid buta dalam arti bersikap membebek, mengikuti apapun tanpa mengerti dasarnya. Hal inilah yang kemudian memunculkan fanatisme golongan, perpecahan umat dan sebagainya. Hal ini jelas berakibat pada terputusnya tali ukhuwwah, padahal ukhuwwah memiliki kedudukan yang sangat penting dan strategis. Dalam kontek ghazwul fikri, perpecahan merupakan celah tersendiri bagi tumbuhnya ghazwul fikri.Berhenti sampai di sini? Jelas tidak. Musuh-musuh Islam akan terus mengembangkan pola-pola barunya dalam perang pemikiran ini. Untuk itu, kekritisan, kejelian dan kewaspadaan adalah sikap yang mutlak kita
perlukan untuk memenangkan perang ini, Allahu Akbar…!***



Petunjuk Wisata Ghazwul Fikri:
Setelah saudara membaca dan menyimak pengantar mengenai Ghazwul Fikri, ikuti langkah-langkah dibawah untuk mengetahui rute wisata ghazwul fikri yang aman dan recommended.

1. Membaca dan menyimak Pengantar Ghazwul Fikri (dalam format ms.word).
2. Membaca dan menyimak “Strategi Kaum Pagan Menuju The New World Order” (dalam format ms.word). Artikel ini pernah dimuat secara berseri di situs eramuslim.com
3. Menikmati film “The Arrivals”, sebuah tontonan yang akan membawa anda berselancar membuka tabir gelap yang selama ini menyelubungi mata dan hati kita semua. Karena film ini berdurasi ± 7 jam, sebaiknya alokasikan waktu dengan tepat supaya dapat memahami isi dari film ini secara paripurna.
4. Membaca dan menyimak “Jaringan Yahudi di Indonesia Sejak Dahulu Kala ” (dalam format pdf).
5. Membaca dan menyimak “Siapa Sebenarnya Soeharto” (dalam format pdf). Artikel ini pernah dimuat secara berseri di situs eramuslim.com
6. Membaca dan menyimak “Ekonomi Indonesia Gagal Karena Mafia Berkeley” (dalam format pdf) tulisan Rizal Ramli.
7. Membaca dan menyimak “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia” (dalam format pdf).
8. Menikmati film “The New Ruler of The World”, sebuah tontonan yang akan membawa anda berselancar membuka tabir gelap sejarah Indonesia yang selama ini menyelubungi mata dan hati kita semua .
9. Menikmati suplemen lainnya dalam folder Miscellany, & Suplemen.
--------------------------------------------------------------------------------

MELEWATI SATU GARIS


Tahukah Anda bahwa di dunia ini ada satu garis yang jika kita bisa melewatinya, maka segalanya akan berubah, segalanya akan berbalik?
Segala yang dahulu sulit, ketika kita melewati garis intu berbalik menjadi mudah?
Segala yang dulu harus membayar mahal malah justru dibayar mahal.
Apakah garis itu?
Maukah Anda melewatinya?

Anda bisa menyebutnya garis kesuksesan, garis popularitas atau garis eksistensi.
Siapapun yang berhasil melewati garis ini, maka segalanya akan berbalik.

Zidane, ketika kecil sangat suka main sepak bola. Tapi ia tidak punya sepatu bola. Keluarganya adalah keluarga imigran yang termasuk kelompok bukan keluarga berada, sehingga sulit untuk membeli sepatu bola. Suatu saat ayahnya memaksakan diri membeli sepatu bola dan memberi Zidane spirit tambahan untuk sukses. Akhirnya Zidane menjadi pemain sukses dunia.
Ketika Zidane masuk ke garis kesuksesan apa yang terjadi? Ia menjadi kaya raya, dan bisa membeli sepatu merk apapun. Tapi anehnya justru ketika kaya raya, ia dibayar untuk memakai sepatu terbaik. Lucu bukan? Ketika ia tidak mampu membeli, tidak ada yang mau memberinya sepatu, ketika ia mampu dan kaya raya justru orang berebut memberinya sepatu dan berani membayarnya jika ia memakai sepatu tersebut.
Itu karena Zidane sudah melewati garis kesuksesan, garis popularitas dan eksistensi.

Pengusaha juga begitu.
Ketika kita mulai usaha, sulitnya bukan main. Pinjam uang 10 juta di bank saja prosedurnya bermacam-macam. Tapi kalau sudah sukses, justru bank yang datang. Bahkan bisa memberi pinjaman miliaran tanpa bertele tele.
Kenapa? Karena kita sudah melewati garis kesuksesan dan eksistensi.
Makanya seringkali pinjam uang 10 miliar di bank prosedurnya lebih mudah daripada pinjam uang 10 juta.

Penulis juga begitu. Ketika memulai kita mengirimkan naskah ke mana-mana. Susah benar cari penerbit. Tapi begitu eksis, maka berbondong-bondong penerbit menawarkan diri. Bahkan ada yang berani bayar royalti di muka.

Cara kerja dunia ini memang aneh.
Yang miskin susah beli sepatu, yang kaya raya malah dibayar pakai sepatu.
Yang miskin susah pinjam duit yang berlebihan uang malah dapat banyak tawaran uang.
Sebenarnya ada logika dari keanehan tersebut tapi saya tidak mau membahas lebih detail tentang itu.

Pertanyaannya sederhana?
Apakah Anda ingin dibelakang garis kesuksesan, atau ingin sukses.
Apakah ingin eksis atau tidak?
Jika ingin mendapat segala kemudahan tersebut kita harus berjuang untuk mendapatkannya.
Kita harus berjalan atau berlari menuju garis tersebut.
Banyak orang yang hidupnya hanya menyususri garis tersebut tanpa pernah melampauinya.
Pilihan ada di tangan kita!