Senin, 28 Mei 2012

Kisah Sahabat Nabi: Abdullah bin Rawahah, Penyair Rasulullah

Waktu itu, Rasulullah sedang duduk di suatu dataran tinggi di kota Makkah, menyambut para utusan yang datang dari Yatsrib (Madinah) dengan sembunyi-sembunyi agar tidak diketahui kaum Quraisy. Mereka yang datang ini terdiri dari 12 orang utusan suku atau kelompok yang kemudian dikenal dengan sebutan kaum Anshar (penolong Rasul).
Mereka akan berbaiat kepada Rasulullah, yang kelak disebut dengan Baiat Aqabah Ula (pertama). Merekalah pembawa dan penyiar Islam pertama ke Yatsrib. Dan baiat merekalah yang membuka jalan bagi hijrahnya Nabi beserta pengikut beliau, yang pada gilirannya membawa kemajuan bagi Islam. Salah seorang dari utusan yang dibaiat itu adalah Abdullah bin Rawahah.
Ibnu Rawahah adalah seorang penulis dan penyair ulung. Untaian syair-syairnya begitu kuat dan indah didengar. Sejak memeluk Islam, ia membaktikan kemampuan bersyairnya untuk mengabdi bagi kejayaan Islam. Rasulullah sangat menyukai dan menikmati syair-syairnya, serta serta sering menganjurkan kepadanya untuk lebih tekun lagi membuat syair.
Pada suatu hari, Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah. Lalu Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang kau lakukan jika hendak mengucapkan syair?"
Abdullah menjawab, "Kurenungkan dulu, kemudian baru kuucapkan."
Ia kemudian mengucapkan syair tanpa pikir panjang. "Wahai putra Hasyim, sungguh Allah telah melebihkanmu dari seluruh manusia dan memberimu keutamaan, di mana orang lain takkan iri. Dan sungguh aku menaruk firasat baik yang kuyakini pada dirimu. Suatu firasat yang berbeda dengan pandangan hidup mereka. Seandainya engkau bertanya dan meminta pertolongan kepada mereka untuk memecahkan persolan, tiadalah mereka hendak menjawab atau membela. Karena itu Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang engkau bawa. Sebagaimana Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa."
Mendengar itu, Rasulullah gembira dan ridha kepadanya. Beliau bersabda, "Dan kamu pun akan diteguhkan Allah."
Ketika Rasulullah sedang thawaf di Baitullah pada Umrah Qadha, Ibnu Rawahah berada di depan beliau sambil bersyair, "Oh Tuhan, kalaulah tidak karena Engkau, niscaya kami tidaklah akan mendapat petunjuk, tidak akan bersedekah dan shalat. Maka mohon turunkan sakinah atas kami dan teguhkan pendirian kami jika musuh datang menghadang. Sesungguhnya orang-orang yang telah aniaya terhadap kami, bila mereka membuat fitnah, akan kami tolak dan kami tentang."
Suatu ketika Abdullah bin Rawahah sangat berduka dengan turunnya ayat, "Dan para penyair, banyak pengikut mereka orang-orang sesat." (QS Asy-Syu'ara: 224). Namun kedukaannya terhibur dengan turunnya ayat lain, "Kecuali orang-orang (penyair) yang beriman, beramal saleh, banyak ingat kepada Allah, dan menuntut bela sesudah mereka dianiaya." (QS Asy-Syu'ara: 227).
Ketika kaum Muslimin terjun ke medan perang demi membela kalimat Allah, Abdullah bin Rawahah turut tampil membawa pedangnya ke medan tempur Badar, Uhud, Khandaq, Hudaibiyah, dan Khaibar. Ia menjadikan kalimat syairnya sebagai slogan perjuangan. "Wahai diri! Seandainya kamu tidak tewas terbunuh dalam perang, maka kamu akan mati juga!"
Pada waktu Perang Mu'tah, balatentara Romawi sedemikian besarnya, hampir 200.000 orang. Sementara barisan kaum Muslimin sangat sedikit. Ketika melihat besarnya pasukan musuh, salah seorang berkata, "Sebaiknya kita kirim utusan kepada Rasulullah, memberitakan jumlah musuh yang besar. Mungkin kita akan dapat bantuan tambahan pasukan, atau jika diperintahkan tetap maju maka kita patuhi."
Namun Abdullah bin Rawahah berdiri di depan barisan pasukan Muslim. "Kawan-kawan sekalian," teriaknya, "Demi Allah, sesungguhnya kita berperang melawan musuh-musuh kita bukan berdasarkan bilangan, kekuatan atau jumlah pasukan kita. Tapi kita memerangi mereka demi mempertahankan agama kita ini, yang dengan memeluknya, kita dimuliakan Allah. Ayo, maju! Salah satu dari dua kebaikan pasti kita raih; kemenangan atau syahid di jalan Allah."
Dengan bersorak-sorai, kaum Muslimin yang berjumlah sedikit namun besar imannya itu menyatakan setuju. Mereka berteriak, "Sungguh, demi Allah, benar apa yang dikatakan Ibnu Rawahah!"
Perang pun berkecamuk. Pemimpin pasukan pertama, Zaid bin Haritsah gugur sebagai syahid. Demikian pula dengan pemimpin kedua, Ja'far bin Abi Thalib. Abdullah bin Rawahah kemudian meraih panji perang dari tangan Ja'far dan terus memimpin pasukan. Ia pun terus menerjang barisan tentara musuh yang menyerbu bak air bah. Abdullah bin Rawahah pun gugur sebagai syahid, menyusul dua sahabatnya; Zaid dan Ja'far.
Pada saat pertempuran berkecamuk dengan sengit di Balqa', bumi Syam, Rasulullah SAW tengah berkumpul dengan para sahabat dalam suatu majelis. Tiba-tiba beliau terdiam, dan air mata menetes di pipinya. Rasulullah memandang para sahabatnya lalu berkata, "Panji perang dipegang oleh Zaid bin Haritsah, ia bertempur bersamanya hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih oleh Ja'far, ia bertempur dan syahid juga. Kemudian panji itu dipegang oleh Abdullah bin Rawahah dan ia bertempur, lalu gugur sebagai syahid."
Rasulullah kemudian terdiam sebentar, sementara mata beliau masih berkaca-kaca, menyiratkan kebahagiaan, ketentraman dan kerinduan. Kemudian beliau bersabda, "Mereka bertiga diangkatkan ke tempatku di surga."

Jumat, 25 Mei 2012

HUT PEGADAIAN KE 111 GELAR PENGOBATAN GRATIS DAN SENAM MASSAL

CIREBON. Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian, perusahaan yang bergerak dibidang pelayanan ekonomi mikro ini bertepatan dengan hari jadinya yang ke 111 tahun ini Minggu (1 April 2012) resmi berganti menjadi PT. Pegadaian (Persero). Seiring bergantinya legalitas perusahaan tersebut, Minggu (29/4) bertempat di Tamansari Goa Sunyaragi Cirebon digelar serangkaian kegiatan untuk memeriahkan hari jadi Pegadaian ke 111 tahun ini. Rangkaian kegiatan tersebut bertajuk ‘Aksi Peduli Siaga Sehat Bersama Pegadaian’. Event ini diawali dengan acara senam masal yang diikuti oleh seluruh jajaran karyawan PT Pegadaian Area Cirebon dengan melibatkan masyarakat sekitar. Iwan Nirwana, SE, selaku ketua panitia menuturkan kurang lebih 500 lebih masyarakat Cirebon berbaur dengan Pegadaian mengikuti senam massal yang memberikan hadiah utama 1 unit lemari es. "Kami senang sekali karena Pegadaian perusahaan publik dan maka di hari ulang tahunnya ini kami berusaha dekat dengan masyarakat untuk memberikan pelayanan yang terbaik, kami undang masyarakat untuk mengikuti rangkaian ulang tahun ini dengan senam massal dan pengobatan gratis," ujarnya disela sambutannya. Acara ini dihadiri oleh PRA. Arief Natadiningrat selaku Raja Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang menaungi Tamansari Goa Sunyaragi, Suyatno General Manager PKBL/ CSR PT Pegadaian Pusat, Djuri selaku Pemimpin Wilayah Jawa Barat dan seluruh pemimpin cabang PT Pegadaian Area Cirebon. Dalam acara tersebut juga dimeriahkan dengan kesenian khas Cirebon yaitu tari topeng sebagai penyambutan Sultan dan pejabat PT Pegadaian yang kemudia melakukan pelepasan balon sebagai simbolis puncak Ulang Tahun ke 111 PT Pegadaian. 200 lebih masyarakat sekitar Goa Sunyaragi merasakan manfaat acara yang digelar oleh PT Pegadaian dengan memberikan pemeriksaan kesehatan yang melibatkan 3 dokter, 3 apoteker, 3 perawat kesehatan dan puluhan Relawan. " Terima kasih pada Pegadaian dan Rumah Zakat atas digelarnya kegiatan pengobatan gratis yang dilakukan untuk warga Sunyaragi ini, semoga Pegadaian semakin makmur dan sukses begitu juga Rumah Zakat," ungkap Subagja (57) kepada tim Rumah Zakat.***